SEJARAH BERDIRINYA PONOROGO
Kadipaten
Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496 Masehi, tanggal inilah
yang kemudian di tetapkan sebagai hari jadi kota Ponorogo. Penetapan
tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti peninggalan
benda-benda purbakala di daerah Ponorogo dan sekitarnya, juga mengacu
pada buku Hand book of Oriental History, sehingga dapat ditemukan hari
wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo. Bathoro Katong
adalah pendiri Kadipaten Ponorogo yang selanjutnya berkembang menjadi
Kabupaten Ponorogo.
BATHORO KATONG PENDIRIKAN KADIPATEN
Menurut
Babad Ponorogo (Purwowidjoyo;1997), setelah Raden Katong sampai di
wilayah Wengker, lalu memilih tempat yang memenuhi syarat untuk
pemukiman ( yaitu di dusun Plampitan Kelurahan Setono Kecamatan Jenangan
sekarang). Melalui situasi dan kondisi yang penuh dengan hambatan,
tantangan, yang datang silih berganti, Raden Katong, Selo Aji, dan Ki
Ageng Mirah beserta pengikutnya terus berupaya mendirikan pemukiman.
Sekitar 1482 M eng konsulidasi wilayah mulai di lakukan.
Tahun
1482 – 1486 M, untuk mencapai tujuan menegakkan perjuangan dengan
menyusun kekuatan, sedikit demi sedikit kesulitan tersebut dapat
teratasi, pendekatan kekeluargaan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh
pendukungnya ketika itu mulai membuahkan hasil.Dengan persiapan dalam
rangka merintis mendirikan kadipaten didukung semua pihak, Bathoro
Katong (Raden Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir
abad XV, dan ia menjadi adipati yang pertama.
ASAL – USUL NAMA PONOROGO
Mengutip
buku Babad Ponorogo karya Poerwowidjojo (1997). Diceritakan, bahwa
asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah
bersama Raden Bathoro Katong, Kyai Mirah, Selo Aji dan Joyodipo pada
hari Jum'at saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah
gumuk (wilayah katongan sekarang). Didalam musyawarah tersebut di
sepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan “Pramana Raga”yang
akhirnya lama-kelamaan berubah menjadi Ponorogo.
Pramana
Raga terdiri dari dua kata: Pramana yang berarti daya kekuatan, rahasia
hidup, permono, wadi sedangkan Raga berarti badan,j asmani. Kedua kata
tersebut dapat ditafsirkan bahwa dibalik badan, wadak manusia tersimpan
suatu rahasia hidup(wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan
berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah, shufiah dan
muthmainah. Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan
mapan akan mnempatkan diri dimanapun dan kapanpun berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar